Dalam teori agresivitas ada beberapa definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli psikologi, namun dalam hal ini akan kami sederhanakan dalam tulisan kami mengenai pengertian dari teoriagresivitas dan penjelasan secara sederhana dalam tulisan ini.
Definisi Agresi
Ada tiga perbedaan penting dalam mendefinisikan Agresi. Pertama apakah kita mendefinisikan Agresi sebagai perilaku melukai ataukah mempertimbangkan apakah orang itu mempunyai maksud melukai.
Agresi / aggression didefinisikan sebagai perilaku fisik atau verbal yang bertujuan untuk melukai seseorang.
pengertian lain untuk penjabaran yang luas adalah
Hostile aggression yaitu
“kekerasan/ agresi yang dipicu akibat kemarahan & dilakukan dengan tujuan akhirnya memang untuk melukai musuh.”
Instrumental aggression yaitu kekerasan yang dilakukan dimana fungsinya hanya sebatas sebagai sarana untuk pencapaian atau tujuan lain. Contoh hostile aggression yaitu seorang musuh yang marah & balas dendam maka tujuannya melukai & sikorban terluka, sedangkan contoh instrumental aggression yaitu sebagaimana digambarkan tahun 1990, pemimpin politik menjustifikasi perang Teluk Persia tidak sebagai pertikaian atau persengketaan untuk sengaja membunuh 100 orang Irak, akan tetapi sebagai sarana pembebasan Kuwait.
Sumber rasa marah
Perasaan Agresif merupakan keadaan internal yang tidak dapat diamati secara langsung. Kita semua pernah mara dan sebenarnya semua orang pada suatu saat pernah ingin melukai orang lain. Namun demikian ada beberapa faktor tentang hal-hal yang dapat membangkitkan amarah.
Serangan
Salah satu sumber amarah yang paling umum adalah serangan atau ganguan yang dilakukan oleh orang lain. Berbagai rangsangan yang tidak disukai dapat menimbulkan agresi.
Frustasi
Suatu ganguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan. Salah satu prinsip dasar dalam psikologi adalah bahwa frustasi cenderung membangkitkan perasaan agresif.
Pengaruh frustasi juga dapat dilihat dari sudut pandang yang lebih luas dalam masyarakat.
Peran Atribusi
Suatu kejadian akan menimbulkan marah dan perilaku negatif bila sang korban mengamati serangan atau frustasiitu dimaksudkan sebagai tindakan yang menimbulkan bahaya.
Dalam istilah wainer (1985), amarah akan muncul akan muncul bila serangan atau frustasi yang dialami sebagai akibat pengendalian internal dan pribadi orang lain.
Mempelajari Perilaku Agresif
Serangan dan frustasi cenderung membuat orang marah, dan kemarahan ini merupakan salah satu faktor penentu perilaku agresifitas yang penting. Tetapi seringkali orang marah tapi berperilaku tenang, atau setidak-tidaknya tidak nampak agresif.
Mekanisme utama yang menentukan perilaku agresif manusia adalah proses belajar masa lampau. Bayi yang baru lahir menunjukan perasaan agresif yang sangat impulsife. Bila mengalami frustasi, bila mengalami keinginan tidak terpenuhi dia akan menangis keras. Pada awal kehidupanya bayi tidak menyadari kehadiran orang lain, sehinggah tidak akan mengggangu mereka dengan sengaja. Bila bayi menyadari kehadiran orang lain, dia akan terus menjerit melapaskan marahnya dan mungkin mangarakanya kepada mereka si orang tua.
Kebiasaan kebiasaan yang dapat mengendalikan perilaku agresif seperti,
Penguatan Reinforcement
Salah satu mekanisme utama untuk memunculkan proses belajar adalah penguatan atau peneguhan. Bila perilaku tertentu diberi ganjaran, kemungkinan besar individu akan mengulangi perilaku tersebut dimasa mendatang. Bila perilaku itu diberi hukuman, kecil kemungkinan bahwa dia kan mengulanginya.
Subjek yang diberi penguatan memberikan sock yang lebih kuat dibandingkan subjek yang tidak diberi penguatan. Tindakan agresif biasanya merupakan reaksi yang dipelajari, dan penguatan merupakan penunjang agresi yang utama.
Imitasi
Merupakan mekanisme lain yang membentuk perilaku anak. Semua orang dan anak pada umumnya cenderung untuk meniru orang lain.
Imitasi ini terjadi pada tiap jenis perilaku, termasuk agresi. Anak yang mengamati orang lain melakukan tindakan agresifitas atau mengendalikan agresinya akan meniru orang lain.
Ketergantungan pada penguatan dan imitasi orang tua menimbulkan akibat yang menarik. Hukuman terhadap anak yang bersifat agresif mungkin diangap sebagai metode yang efektif untuk menganjar anak agar tidak berperilaku agresif.
Salah satu betuk agresi imitative yang penting dalam kejahatan dan perilaku kerumunan adalah kekerasan yang menjalar (contagious violence).
Norma Sosial
Orang belajar untuk melakukan agresi atau tidak melakukan agresi sebagai suatu reaksi kebiasaan terhadap isyarat-isyarat tertentu. Bila isyarat yang menimbulkan agresi muncul, seperti dipukul rasa marah berupa jadi agresi. (Berkowitz, 1965).
Pamahaman tentang perbedaan agresi antisocial, agresi yang disetujui dan agresi prososial tergantung pengetahuan mengenai norma sosial yang relevan.
Deindividuasi
Pakar sosiologi Le Bon (1896) mengamati bahwa orang yang berada dalam kerumunan sering meras bebas untuk memuaskan nalurinya yang liar dan desktruktif.
Agresi Instrumental
Terjadi bila orang menggunakan agresi untuk memperoleh tujuan praktis dengan melukai orang lain. Disini agresi berfungsi sebagai alat atau sarana.
Mengurangi Perilaku Agresif
Perilaku agresif merupakan masalah utama bagi umat manusia. Kejahatan individual dan kekerasan sosial merugikan dan membahayakan. Kesejahteraan individu maupun struktur sosial secara umum.
Freud memandang naluri agresif sebagai dilema pokok pengendalian sosial dalam setiap masyarakat. Manusia mempunyai kemampuan untuk marah besar dan mekukan perilaku sangat destruktif. Karena itu pemahaman tentang bagaimana cara mereduksi agresivitas menjadi hal yang penting :
Apakah dalam situasi tertentu orang mekalukan agresivitas ditentukan oleh tiga variable :
Intensitas amarah seseorang, yang sebagaian ditentukan oleh taraf frustasi atau serangan yang menimbulkanya, dan sebagaian ditentukan oleh tingkat persepsi individu terhadap frustasi yang menimbulkan amarah ini.
Kecenderungan untuk mengekspresiakan amarah, yang pada umumnya ditentukan apa yang telah dipelajari oleh seseorang tentang agresivitas dan pada ksususnya ditentukan oleh sifat situasi ini dan kadang-kadang .
Kekerasan dikakukan karena alasan lain yang lebih bersifat instrumental.
Analisis ini mengajukan beberapa cara untuk mengurangi perilaku agresif; pertama frustasi dapat dikurangi, kedua orang dapat diajarkan untuk tidak melakukan agresi dalam situasi tertentu, atau belajar untuk menekan agresivitas pada umumnya. Misalnya anak tidak berkelahi dalam kelas, dan anak diajari hati-hati untuk tidak saling melukai.
Ada teknik-teknik secara sistematis yang dapat digunakan untuk mengurangi perilaku agresig diantaranya:
Hukuman dan pembalasan
Tipe orang rasional yang telah digambarkan teori insentif akan memperhitungkan teori agresi dimasa yang akan datang. Perilaku agresif tidaka akan datang ketika ada hukuman.
Mengurangi Frustasi
Mengurangi kemungkinan terjadinya serangan dan frustasi. Dengan adanya jaminan setiap masyarakat untuk mendapatkan hak dan kesamaan untuk mendapatkan keperluan hidup. Seperti makanan, pakaian, tempat tinggal dan kehidupan berkeluarga.
Upaya untuk mengurangi sekecil mungkin agresi instrumental harus difokuskan pada sebab-sebab pokok pada agresi dan perilaku yang nampak itu sendiri.
Hambatan yang dipelajari
Dengan belajar mengendalikan perilaku agresif kita sendiri. Tidak peduli kita akan diancam atau dihukum. Sebagaimana orang belajar kapan agresi itu ditekan dan kapan agresi itu diperbolehkan. Hambatan agresi yang dapat dipelajari secara umum disebut kecemasan agresi.
Pengalihan (displacement)
Dalan hal ini ungkapan agresi dapat di alihkan, yaitu dengan mengekspresikan agresi terhadap sasaran pengganti.
Prinsip dasar pengalihan adalah semakin banyak kesamaan antara sasaran dengan sumber frustasi sebenarnya, semakin kuat dorongan agresifitas individu terhadap sasaran. Semakin banyak kesamaan antara seseorang dengan sumber ini, semakin kuat kecemasan yang dirisaukan terhadap orang tersebut. Karakteristik penting dari agresi yang dialihkan adalah bahwa kecemasan mengalami penurunan yang lebih cepat, bila ketidaksamaan sasaran semakin meningkat. Dibandingkan penurunan dorongan agresi.
Katarsis
Gagasan yang terakhir adalah bahwa perasaan marah dapat dikurangi melalui pengungkapan agresi. Freud menyebut ini proses katarsis. (pembersihan). Dalam istilah umum proses ini mencakup : ”pelepasan energi” atau penyingkiranya dari system anda. Inti gagasan katarsis adalah bahwa orang merasa agresif, tindakan agresif yang dilakukan akan mengurangi intensitas perasaanya. Hal ini, pada giliranya akan mengurangi kemungkinan untuk bertindak agresif. Bila seseorang membuat kita jengkel karena mengklakson kita, kita akan marah. Jika, pada lampu lalu lintas berikutnya, kita berada dibelakang mobil tersebut dan mengklaksonya marah kita akan berkurang.
Perilaku agresif meningkatkan agresivitas pada orang yang tidak marah; mereka menambah energi dan tidak mengeluarkanya (Doob & wood, 1972; konecni, 1975). Versi berikutnya muncul dari hipotesis agresi –frustasi yang berasumsi bahwa dorongan agresif tidak bersifat naluriah, tetapi frustasi dan serangan. Implikasinya adalah bahwa perilaku agresif hanya menimbulkan katarsis pada orang yang mulai marah.
Adanya kesempatan untuk mengekspresikan agresi menimbulkan penurunan tekanan darah diantara mereka yang marah.
Agresi bisa dilakukan secara langsung yang disebut agresi langsung dan agresi tak langsung.
Agresi langsung. Katarsis dapat mereduksi agresi hanya jika orang yang marah telah mengekspresikan rasa marahnya secara langsung kepada orang - orang yang menyebabkan frustasi. Bila subjek dibuat marah oleh temanya, katarsis timbul dari pemberian kejutan pada temanya. Namun, usaha untuk mengandalkan katarsis pembalasan langsung semacam ini sebagai cara untuk mengurangi agresi merupakan hal yang riskan karena cara ini memiliki sejumlah efek sampingan yang tidak di ingingkan. Ada kemungkinan timbul ketidak mampuan untuk menahan diri. Kita selalu hampir mengendalikan rasa marah dengan sangat ketat. Tetapi bila suatu saat terlepas, terutama bila disetujui secara sosial, mungkin kita akan melonggarkan ketahanan diri kita terhadap permusuhan selanjutnya. Jadi pengungkapan agresi bisa menimbulkan agresi yang lebih hebat.
Agresi tak langsung. Aristoteles mengemukakan pendapat bahwa tragedy bisa menimbulkan katarsis, karena penonton dapat ikut mengalami emosi sang aktor. Freud mengembangkan gagasan yang sama, dengan mengajukan hipotesis bahwa orang dapat mereduksi dorongan agresifnya melalui fantasi agresi, seperti dalam lamunan tentang kekerasan, gurauan yang kejam, atau penulisan cerita. Bila agresi yang diekspresikan secara tidak langsung ini benar-benar dapat mengkartarsis energi agresif, perilaku agresif akan dapat dikurangi tanpa menimbulkan efek sampingan yang negatif.
Daftar Pustaka
avin.staff.ugm.ac.id/data/jurnal/perspektifagresi_avin.pdf
O.Sears David, L.Freedman Jonathan, Anne Peplau.L : Psikologi social, Erlangga, Jakarta 2003.
sarlito.hyperphp.com/search/searchword,agresivitas/
www.geocities.com/jurnalintim/arlina01.html - 21k
www.wikipedia.org /wikipedia Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar