Senin, 23 Maret 2009

Sego Boran, Unik dan Khas

Ada soto, tahu campur, wingko trus…satu lagi yang gak kalah asyik buat kamu yang suka jajan di pinggir jalan, apa itu ? Tentunya Sego (Nasi)  khas kota kecil Lamongan, yaitu Sego Boran. Bicara rasa se unik namanya tentunya. Em… uda mulai penasaran ya gimana rasanya sego boran ??

Sego Boran, penggalan kata dari sego (nasi) dan boran (wadah dari anyaman bamboo) atau sebangsa bojog, tapi lebih besar ukuranya. Mengapa dinamak

an sego boran, karena Sego-nya ditaruh di boran, makanya disebut Sego Boran. Soal laukpauk macem-macem. Mulai dari bandeng goreng, telur asin, iwak sili, dadar jagung, dadar telur, iwak kothok, Windu tidak luput juga ada tahu, tempe dan de-el-el deh. Tapi yang bikin beda dan berasa disini adalah “empuk” begitulah penjual menyebutnya. Gorengan berbentuk bulan lonjong tak beraturan, agak kenyal dan emm rasanya gurih banget.

Lumuran sambal merah khas Sego Boran, tambahan rempeyek dan krawu khas “ndeso” membuat kita akan ketagihan bila sudah merasakan nikmat dan lezatnya hidangan berasal dari racikan warga perantauan ini.

Asal tau aja, gak semua lho orang bisa bikin Bumbu Sambal dan sajian seperti Sego Boran. Beda dengan Soto  atau Wingko, kebanyakan warga Lamongan bisa bikin. Tapi soal Sego Boran cuman made in 2 desa yang ada di Lamongan. Desa Kaotan dan desa Sawo yang merupakan tetangga desa kampong. Uiieh…tentunya khas banget kan? Usut punya usut ternyata, gak ada yang tau kapan awal mula warga kampong Kaotan dan sawo pertama kali ngejual Sego Boran. Pokoknya jual dapat duit, uda cukup deh bagi para ibu-ibu dan mbah-mbah yang rata2 para penjualnya, apa lagi orang laki2, jangan harap menemukan penjual Sego Boran kaum Adam, so pasti gak bakal nemukan…. Unik kan.??

Soal waktu, para penjual sego ini selalu ada, asal kamu tau tempat2 mangkalnya. Seperti di Jl. Basuki Rahmad (Rangge), Pasar Lamong Raya, Pasar Kidul Sarirejo, Perumnas Made de-el-el. jangan sampai kamu cari Sego boran di warteg, depot, atau rumah makan, disini jualnya pun unik, selalu dipinggir jalan. Di Kampoeng asalnya pun gak bakalan ada, karena sudah menjadi tradisi kalo Sego Boran ini di jual luar tempat asal pembuatanya (Kampong pabriknya). Jadi kalo pas laper, gak usah kuatir. Boran-Boran akan selalu menunggu kehadiranmu. 

Bagi kamu yang gak punya banyak duit, gak usah kuatir. Makanan ini gak bikin kantong kamu kering, alias gak mahal kok. Cuman rogo kocek kantong kamu antara Rp. 3000-5000, itu sudah bikin kamu kenyang dan bisa pilih2 lauk sesukamu. Mau nyoba rasanya….?? Pelesir aja ke Lamongan … !! (cep)



Sabtu, 21 Maret 2009

UPAYA RAKYAT DALAM PENGHENTIAN PENAMBANGAN GALIAN C DI DUSUN KARANGLO SUKOREJO PASURUAN

Laporan Investigasi kasus rakyat

Sampai hari ini, surat terakhir yang telah di terbitkan oleh dinas ESDM Provinsi Jawa Timur terkait perihal penghentian sementara penggalian sirtu di dusun Karanglo desa sukorejo kecamatan Sukorejo Kab. Pasuruan per tanggal 9 Desember 2008, ternyata masih dianggap sepele oleh PT. Agung Satrya Abadi selaku pemilik “ijin” penambangan.

Sejak awal munculnya PT Agung Satrya Abadi (ASA) sebagai kuasa pertambangan (KP) galian C di Dusun Karanglo Desa Sukorejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Pasuruan mengusik ketenangan warga setempat. PT ASA adalah pemegang hak ijin atas pengerukan Galian C yang di terbitkan oleh Dinas ESDM Propinsi Jawa Timur pada bulan Agustus 2008 melalui surat SIPD.

Sejak kali pertama melakukan kegiatan penambangan, warga sudah menolak menolak tegas atas aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan ini. Dengan alasan, karena penggalian yang di lakukan PT ASA tersebut sangat meresahkan, merusak dan merugikan masa depan anak cucu mereka, itulah alasa dalam surat penolakan pertama dari warga Dusun Karanglo. Hal ini juga berlaku kepada perusahaan penambang yang juga hadir sebelum PT ASA seperti PT ETIKA (th 2001),PT CDCV dari Filipina dan ada dua perusahaan lagi sampai yang terakhir ini PT ASA (tahun 2007-sekarang)

Fakta lain yang tergali adalah, PT ASA sejak mulai beroperasi pada bulan desember tahun 2007, perusahaan ini belum mengantongi ijin penambangan dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Propinsi Jawa Timur selaku pemberi ijin pertambangan daerah. Namun dengan kesaktian PT Agung Satrya Abadi penambangan sirtu sudah dilakukan. Atas upaya penolakan warga dusun karanglo, pada bulan April 2008 aktivitas penambangan ini sempat terhenti. Namun, pada bulan Agustus 2008 secara mengejutkan, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Propinsi Jawa Timur mengeluarkan surat ijin pertambangan daerah (S.I.P.D). dengan nomor: 188.4/13/122/SIPD/2008 kepada PT. Agung Satrya Abadi.

Terkait dengan surat ijin yang telah dikeluarkan oleh Dinas ESDM Propinsi Jawa Timur, menjadi pertanyaan besar untuk dikaji bersama. Karena, sejak awal masyarakat dusun karanglo tidak pernah dilibatkan dan diajak musyawarah, terkait izin galian di wilayah tegalan/kebun dusun Karanglo.Fakta lain adalah denga praktek penambangan dengan kedalaman12 meter di 6 Ha lahan desa ini ternyata berdampaka pada akses rakyat dalam melakukan aktivitas ekonomi. Sejumlah lahan 5 Ha yang tercatat dalam SIPD ternyata dalam prakteknya melibihi kesepakatan menjadi 6 Ha lahan yang ditambang dengan menyertakan beberapa akses jalan desa dan beberapa fasum yang juga disewakan oleh pemerintah desa kepada PT ASA melalui kesepakatan dari tim 9 yang dibentuk oleh kepala desa. Akses ekonomi yang dimaksud dalam investigasi yang dilakukan penulis adalah seperti cerita tentang sulitnya petani/peternak untuk mencari rumput dikarenakan jalan desa yang sudah tergali dan lahan produktif yang semakin lama semakin hilang dan kebutuhan rumput untuk makanan ternak juga sulit didapatkan.

Informasi proses diskusi warga dengan investigator

Apa yang telah dilakukan oleh PT Agung Satrya Abadi telah melanggar hukum, sesuai dengan aturan dalam UU No. 23 tahun 1997, tentang penggelolaan lingkungan hidup. Berdasarkan investigasi penuls dilapangan, pengerukan pasir watu (SIRTU) galian C didusun Karanglo telah melebihi izin yang telah ditentukan dalam surat yang dikeluarkan oleh Dinas ESDM Propinsi Jawa Timur. Dalam izinya, luas wilayah pertambangan hanya 5 (lima) Hektar, namun dalam praktek lapangan PT Agung Satrya Abadi telah melebihi apa yang telah ditetapkan dalam SIPD.

Dalam penyusunan dan pembuatan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dinilai cacat, karena dalam pembuatan AMDAL, warga tidak ada yang dilibatkan, kalaupun ada AMDAL yang disuusn oleh PT. Agung Satrya Abadi, itupun cacat dalam pembuatanya, sehinggah ijin tersebut menyalahi prosedur administrasi. Dokumen AMDAL merupakan dokumen publik yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang bersifat lintas sektoral, lintas disiplin, dan dimungkinkan lintas teritorial administratif. Dalam aturan Penyusunan AMDAL disebutkan pada PP No. 27 Tahun1999 pasal 34 ‘warga masyarakat yang berkepentingan wajib dilibatkan dalam proses penyusunan kerangka acuan, penilaian kerangka acuan, analisis dampak lingkungan hidup, rencana pengelolaan lingkungan hidup, dan rencana pemantauan lingkungan hidup”. Selain itu, berbagai pelanggaran yang telah dilakukan oleh PT ASA sepertinya luput dari hukum, malahan warga Dusun Karanglo yang tegas menolak penambanagn dilaporkan ke polisi oleh PT ASA dengan tuduhan melakukan perbuatan yang tidak menyenangkan (pasal 355), sebagai wujud dari aksi pemblokiran jalan desa sebagai akses masuk truk penambangan sirtu pada 24 November 2008.

Berbagai upaya yang telah dilakukan warga selama ini masih jauh dari harapan, usaha untuk penutupan dan pencabutan ijin penambangan galian C ini masih belum berhasil. Tetapi langkah tidak harus berhenti di tengah jalan menurut keyakinan warga, sebagai warga negara yang sadar hukum tentunya akan sadar jika mereka (rakyat ) punya pemimpin atau wakil di pemerintahan. dilakukanlah upaya untuk melobi dan meminta dukungan pihak pemerintah diantaranya; ke DPR Pasuruan, Bapedalda, Bupati dan Satpol PP. Hasilnya, melalui surat rokomendasi DPRD Kabupaten Pasuruan nomor 178.1/549/424.010/2008 tertanggal 12 November 2008 perihal pencabutan ijin pertambangan Galian C An. PT. Agung Satrya Abadi. Surat BAPEDALDA Kabupaten Pasuruan tertanggal 14 November 2008, nomor 540/1804/424.086/2008 perihal penghentian sementara kegiatan pertambangan. surat Bupati Pasuruan tanggal 25 November 2008 Nomor : 050/483/424.061/2008 perihal Peninjauan Kembali SIPD An. PT Agung Satrya Abadi. dan surat yang kedua BAPEDALDA Kabupaten Pasuruan, tertanggal 3 desember 2008 Nomor : 540/1909/424.086/2008 perihal penghentian sementara kegiatan penambangan.

Dari itu semua, ternyata tidak mampu untuk menghentikan "kerakusan" PT. ASA dalam pengerukan Sirtu di Dusun Karanglo Sukorejo Pasuruan. Dengan tenggang waktu 21 (duapulu satu hari) kurang dari sebulan setelah dikeluarkanya surat dari Dinas ESDM Propinsi, Tutut Herawati pada 9 Desember 2008 lalu, terkait penghentian sementara Penambangan di Dusun Karnglo Sukorejo. Karena aktivitas oleh PT. ASA masih berjalan maka pada tanggal 24 Desember 2008 warga mengadu ke DPRD pasuruan yang di temui Komisi A. Dimana pihak DPRD menggangap surat Dinas ESDM Propinsi sebagai surat Banci

Kerugaian yang dialami warga tak hanya hilangnya daya dukung lingkungan, Penghilangan jalan desa yang menghubungkan antar desa dan dusun seperti dusun Sureggono, Sumbergareng dan Surengpati yang kini putus akibat pengerukan dan pengambil alihan jalan untuk akses keluar masuk dump truk oleh PT. Agung Satrya Abadi, tanpa mempertimbangkan hak yang sama atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sesuai aturan dalam Undang – undang Nomer 23 Tahun 1997 Pasal 5. Dalam hal ini hak untuk memanfaatkan sarana dan prasarana jalan umum. Tak hanya itu, dengan adanya penambangan ini menyebabkan semakin berkurangnya daya dukung lingkungan, sehinggah menjadikan daerah yang awalnya tegalan yang bisa dimanfaatkan untuk pertanian warga Karanglo, sekarang menjadi tempat genangan air seperti cekungan danau. Warga yang dulunya memanfatktan rerumputan sebagai pakan ternak mereka, yang tumbuh diatas tegalan dan persawahan, kini warga kesulitan untuk mendapatkan makanan ternaknya. Kalaupun ada, itupun jaraknya lebih jauh dari tempat semula. kemerosotan penghidupan warga setempat (baca; warga karanglo), ketika sumber daya alam yang ada telah rusak dan tidak dapat dimanfatkan, sementara perusahaan telah hengkang meninggalkan lubang raksasa bekas penambangan, yang menurunkan daya dukung lingkungan di wilayah karnglo.

Apa yang sudah dilakukan masyarakat

Dari pengalaman aksi-aksi rakyat yang sempat menggagalkan PT ETIKA di tahun 2001, dengan kasus yang sama.akhirnya dalam kasus ini masyarakat mengkonsolidir diri dalam satu organisasi yang disahkan oleh masyarakat dengan nama Forum Peduli Lingkungan.

Forum Peduli Lingkungan yang menurut rakyat di desa ini bisa menjadi alat efektif sudah melakukan upaya-upaya diantaranya, aksi-aksi di lokasi pertambangan sirtu yang berakibat pada diperiksanya 5 orang di polres Pasuruan. Meskipun 5 orang ini tidak ditahan, tetapi masyarakat meyakini bahwa situasi pemeriksaan 5 orang anggota forum adalah upaya pihak keamanan untuk melakukan teror dan sedang terjadi negosiasi anatar pihak PT ASA dan kepolisian. Upaya yang lainnya adalah melakukan lobi ke DPRD, para calon legislator di dapil pasuruan, membangun relasi dengan wartawan lokal pasuruan khususnya Radar Pasuruan, sampai mengirim surat kepada pemangku kebijakan lokal. Ada upaya yang unik dan khas dalam masyarakat pasuruan sebagaimana mayoritas adalah warga nahdliyin adalah melakukan istighosah rutin yang tujuannnya untuk memminta dukungan kepada desa-desa dan dusun lain untuk terlibat danmenyatakan solidaritasnya. Ternyata dari aksi istighosah ini, ada dua dusun yang bersepakat dengan perjuangan forum Peduli Lingkungan dan ikut menanda tangani surat tuntutan penutupan tambang sirtu oleh PT ASA.. Dan sampailah pada akhirnya membuat pengaduan kepada walhi jatim untuk mengajak berproses dalam advokasi bersama.

Dalam pengaduannya kepda walhi jatim, beberapa pengurus Forum rakyat ini menuturkan alasan kenapa mereka harus ke walhi jatim dikarenakan ada beberapa pengalaman dari jejeraing organisasi rakyat yang berelasi dengan forum ini pernah mempunyai kasus serupa dan mempunyai pengalaman bekerja bersama walhi jatim dalam konflik lingkungan. Berdasar referensi dari jaringan dan teman mereka, akhirnya memutuskan untuk membuat pengaduan yang ditujukan ke walhi jatim.

Apa yang sedang dilakukan walhi jatim

Walhi Jatim sangat sadara bahwa dalam membantu dan upaya mengkonsolidasikan kekuatan rakyat dalam konflik SDA dan sumber kehidupan membutuhkan infrastruktur sebagai prasyarat gerakan. Dari merespon pengaduan masyarakat Karanglo pasuruan yang kemudian dilakukan secepatnya oleh walhi jatim adalah mengkonsolidasikan alat advokasi bersama yang sudah terbangun dua tahun lalu. Walhi jatim bersama LHKI surabaya dan Forsam Fak Hukum Unair yang sudah menamakan diri sebagai APR (aliansi Pembela Rakyat, sindikasi advokasi rakyat)yang pada dua tahun lalu mempunyai pengalaman di kasus pasuruan lainnya serta kasus lumpur porong.

Dari proses pengaduan dan pendiskusian di dalam APR maka diputuskan untuk membuat tim investigasi dan melaporkan investigasinya dalam pertemuan sindikasi advokasi rakyat yang disebut APR. Dari pendiskusian APR terakhir, bahwa akan ada rencana sounding kasus sirtu ini ke tingkat publik skala propinsi. Hal ini juga menjadi strategi untuk menaikkan kembali isu HAM dan Lingkungan di tengah hiruk pikuk kampanye partai politik dan energi pesta demokrasi.


Reporter

Pur dan abenk



Kamis, 12 Februari 2009

Geliat Kaum Muda Semeru untuk Penyelamatan Lingkungan

Bertempat di kantor kecamatan desa Senduro kecamatan Senduro Lumajang, organisasi yang menamakan dirinya Pecinta Alam Semeru (PAS) Lumajang mengadakan sarasehan lingkungan hidup. Dalam acara ini menggundang beberepa elemen dari organisasi lingkungan hidup seperti Walhi Jatim, dari pemerintahan ada Camat Senduro dan organisasi ecinta alam yang tergabung dalam jaringan Pecinta Alam semeru PAS, terdiri dari organisasi pecinta alam dari kalangan pelajar SMA dan SMP. Acara yang sejatinya di mulai pukul 08.00 pagi itu molor dua jam dari jadwal semula, baru tepat pukul 10,00 acara ini diawali dengan pembukaan oleh panitia. Dalam sambutanya koordinator pecinta alam semeru (PAS) Sukaryo mengatakan kepada forum, mari kita mencari tau apa sih makna sebenarnya dari pecinta alam, apakah hanya naik turun gunung saja, katanya. Ini menjadi catatan tersendiri bagi komunitasnya yang masih awam pengetahuan tentang lingkungan, maka dibuatlah acara ini sebagai media belajar bagi mereka. Sambutan diteruskan oleh camat Senduro yang kemudian disambung oleh Walhi Jawa timur yang secara khusus diundang dalam acara ini.

Dalam acara sarasehan ini, walhi jatim di daulat sebagai pemateri dalam tema “konservasi lingkungan hidup”. Diawal sambutanya walhi jawa timur yang diwakili Purwanto dan Santi Natalia itu menceritakan sejarah tentang berdirinya walhi, kemudian aktivitas dan tindakan yang  sudah dilakukan walhi bersama rakyat dalam upaya  penyelesaian persoalan lingkungan hidup di indonesia. Selanjutkanya walhi memaparkan sedikit gambaran tentang potret persoalan kerusakan lingkungan. Dalam penjelasanya lain Purwanto mengatakan, ada tiga prasyarat untuk keberlangsungan hidup bagi kita umat manusia, diantaranya ketersedianya Air, Energi dan Pangan. Dalam uraianya air dikatakan sebagai kebutuhan pokok manusia, ketika hutan-hutan senduro sudah habis maka sumber mata air yang ada di sini akan berkurang, dan ini bisa dikatakan sebagai keadaan krisis ekologi. Energi, ketika kayu-kayu rancak di hutan sudah tidak ada, dan kayu sengon yang merupakan sumber mata pencaharian tidak ditanam lagi gimana kita dapat menghidupkan dapur, maka dibutuhkan cara-cara lama dengan mengusung kearifan lokal masyarakat senduro dalam memenuhi kebutuhan energi, sehinggah  tidak tergantung lagi pada energi yang banyak digunakan saat ini seperti bahan baker LPG dan minyak tanah. Yang terakhir Pangan, persoalanya pada ketersediaan lahan garapan masyarakat sebagai penghasil makanan dan sumber mata pencaharian hidup bagi masyarakat.  Bicara persoalan lingkungan “lokal “ tidak hanya senduro saja, tetapi ada keterkaitan antara wilayah senduro sebagai wilayah yanga ada di lereng semeru, dengan salah satun desa seperti Ranu Pane yang ada di atasnya, Keterkaitan antara wilayah inilah yang perlu dicermati untuk dijadi perhatian bagi masyarkat senduro dan sekitarnya bila tidak ingin terjadi krisis wilayah yang menjadi kekhwatiran mereka sekarang. Potret hutan yang sudah mengalami krisis juga membutuhkan penanganan yang serius, tidak hanya perhutani  sebagai pemangku kepentingan, tapi juga peran serta masyarakat dalam penggelolaan hutan. Penebangan hutan disekitar hutan senduro yang selama ini sering terjadi menyebabkan hilangnya beberapa sumber mata air dan berkurangnya debit air di wilayah itu. Sukaryo selaku pentolan PAS mengatakan dalam kurung lima tahun saja ada sekitar seratus sumber mata air yang mati gara-gara penebangan hutan yang dilakukan oleh perhutani dan masyarakat, awalnya ada sekitar duaratusan sumber mata air, namun hari ini tinggal sekitar seratusan, ujarnya.  Menjelang siang acara ini di tutup dengan doa dan di lanjutkan dengan sesi foto bersama, butuh cara beda seperti mengurai kembali kearifan lokal masyarakat untuk penyelamatan dan keadilan lingkungan!!

 

Rabu, 07 Januari 2009

Mengungkap Tradisi Perempuan Meminang Laki-Laki di Lamongan

Panji Laras Liris Bertujuan Syiar Islam
Meski sudah mulai ditinggalkan, sebagian warga Lamongan masih memegang tradisi perempuan yang harus meminang (melamar) laki-laki. Tradisi itu diduga kuat berhubungan dengan sejarah leluhur Lamongan bernama Panji Laras Liris.

Tradisi perempuan yang melamar laki-laki sebelum melangsungkan pernikahan sudah cukup lama berlangsung di Lamongan. Tradisi itu dinilai tidal lazim, karena bertolak belakang dengan tradisi yang umum terjadi, yakni kaum laki-laki yang umumnya justru yang harus melamar kaum perempuan.

Tradisi yang tidak diketahui mulai diberlakukan sejak kapan tersebut diduga kuat ada hubungannya dengan sejarah salah satu leluhur Kabupaten Lamongan bernama Mbah Sabilan dalam riwayat Panji Laras Liris. “Riwayat Panji Laras-Liris tersebut selalu diceritakan setiap acara ziarah ke malam Mbah Sabilan untuk memperingati Hari jadi Lamongan,” kata kabid seni budaya Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Lamongan, Suyari.

Dalam riwayat Panji Laras Liris tersebut diungkapkan, sekitar tahun 1640 - 1665 Kabupaten Lamongan dipimpin bupati ketiga bernama Raden Panji Puspa Kusuma dengan gelar Kanjeng Gusti Adipati.

Bupati tersebut mempunyai dua putra bernama Panji Laras dan Panji Liris yang terkenal rupawan. Ketampanan kedua pemuda Lamongan tersebut membuat jatuh hati dua putri Adipati Wirasaba (wilayahnya sekitar Kertosono Nganjuk) bernama Dewi Andanwangi dan Dewi Andansari.

Karena terus didesak putrinya, meski dengan berat hati (karena pihak perempuan garus melamar ke pihak laki-laki) Adipati Wirasaba menuruti keinginan putrinya dengan meminang Panji Laras dan Panji Liris di Lamongan. “Saat itu warga Wirasaba masih belum memeluk Islam, sedangkan di Lamongan Islam sudah sangat mengakar,” ungkap Yari.

Menyikapi kondisi itu, Panji Laras dan Liris minta hadiah berupa dua genuk (tempat air) dari batu dan dua tikar dari batu. Benda-benda tersebut harus dibawa sendiri oleh Dewi Andansari dan Andanwangi. “Hadiah itu sebenarnya mengandung isyarat agar dewi andansari dan andanwangi mau masuk Islam. Sebab genuk mengandung isyarat tempat untuk wudlu dan tikar untuk sholat. Kedua benda tersebut saat ini tersimpan di Masjid Agung Lamongan,” ungkap Yari.

Permintaan itu dinilai sangat berat oleh Adipati Wirasaba. Meski begitu tetap dijanjikan akan dipenuhi. Selanjutnya benda-benda itu dibawa sendiri oleh kedua perempuan itu ke Lamongan dengan pengawalan satu pasukan prajurit dengan naik perahu menyusuri Kali Lamong.

Kedatangan Dewi Andansari dan Andanwangi disambut Panji Laras Liris di pinggir Kali Lamongan yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Mantup. Kedua pemuda tersebut juga dikawal pasukan prajurit dari Lamongan dipimpin patih Mbah Sabilan.

Ketika akan turun dari perahu tanpa sadar kain panjang dewi Andansari dan Andanwangi tersingkap dan kelihatan betisnya. Melihat betis kedua perempuan itu Panji Laras-Liris terbelalak dan ketakutan. Sebab betis kedua perempuan itu penuh dengan bulu lebat yang menakutkan. Spontan Panji laras Liris lari meninggalkan kedua perempuan itu.

Sikap kedua pemuda tersebut dinilai sebagai penghinaan oleh prajurit Wirasaba yang mengiringi kedua dewi tersebut dan langsung mengejar panji laras-liris. Sedangkan prajurit dari Lamongan juga merasa harus melindungi kedua pemuda tersebut sehingga terjadilah babad (perang). “Dalam babad itu panji laras-liris tewas begitu juga dengan patih Mbah Sabilan. Lokasi tempat perang itu saat ini bernama Desa Babadan di pinggir Kali Lamong Kecamatan Mantup,” ungkap Yari.

Jenasah Mbah Sabilan kemudian dimakamkan di Kelurahan Tumenggungan Kota Lamongan, sedangkan jenasah panji Laras Liris tidak diketahui. Nama Panji Laras Liris dan Dewi Andansari serta Andanwangi saat ini menjadi nama sebuah jalan di Kota Lamongan.

Suyari menambahkan, dari peristiwa itu Mbah Sabilan maupun Panji Laras Liris dinilai meninggal dunia ketika sedang berjuang untuk syiar Islam, karena mereka sedang berupaya mengislamkan warga Wirasaba melalui Dewi Andansari dan Andanwangi. “Dari riwayat itu juga diduga kuat munculnya tradisi pihak perempuan yang meminang laki-laki di Lamongan,” ujar Yari.(*)
Radar Bojonegoro, Selasa, 27 Mei 2008