Kamis, 12 Februari 2009

Geliat Kaum Muda Semeru untuk Penyelamatan Lingkungan

Bertempat di kantor kecamatan desa Senduro kecamatan Senduro Lumajang, organisasi yang menamakan dirinya Pecinta Alam Semeru (PAS) Lumajang mengadakan sarasehan lingkungan hidup. Dalam acara ini menggundang beberepa elemen dari organisasi lingkungan hidup seperti Walhi Jatim, dari pemerintahan ada Camat Senduro dan organisasi ecinta alam yang tergabung dalam jaringan Pecinta Alam semeru PAS, terdiri dari organisasi pecinta alam dari kalangan pelajar SMA dan SMP. Acara yang sejatinya di mulai pukul 08.00 pagi itu molor dua jam dari jadwal semula, baru tepat pukul 10,00 acara ini diawali dengan pembukaan oleh panitia. Dalam sambutanya koordinator pecinta alam semeru (PAS) Sukaryo mengatakan kepada forum, mari kita mencari tau apa sih makna sebenarnya dari pecinta alam, apakah hanya naik turun gunung saja, katanya. Ini menjadi catatan tersendiri bagi komunitasnya yang masih awam pengetahuan tentang lingkungan, maka dibuatlah acara ini sebagai media belajar bagi mereka. Sambutan diteruskan oleh camat Senduro yang kemudian disambung oleh Walhi Jawa timur yang secara khusus diundang dalam acara ini.

Dalam acara sarasehan ini, walhi jatim di daulat sebagai pemateri dalam tema “konservasi lingkungan hidup”. Diawal sambutanya walhi jawa timur yang diwakili Purwanto dan Santi Natalia itu menceritakan sejarah tentang berdirinya walhi, kemudian aktivitas dan tindakan yang  sudah dilakukan walhi bersama rakyat dalam upaya  penyelesaian persoalan lingkungan hidup di indonesia. Selanjutkanya walhi memaparkan sedikit gambaran tentang potret persoalan kerusakan lingkungan. Dalam penjelasanya lain Purwanto mengatakan, ada tiga prasyarat untuk keberlangsungan hidup bagi kita umat manusia, diantaranya ketersedianya Air, Energi dan Pangan. Dalam uraianya air dikatakan sebagai kebutuhan pokok manusia, ketika hutan-hutan senduro sudah habis maka sumber mata air yang ada di sini akan berkurang, dan ini bisa dikatakan sebagai keadaan krisis ekologi. Energi, ketika kayu-kayu rancak di hutan sudah tidak ada, dan kayu sengon yang merupakan sumber mata pencaharian tidak ditanam lagi gimana kita dapat menghidupkan dapur, maka dibutuhkan cara-cara lama dengan mengusung kearifan lokal masyarakat senduro dalam memenuhi kebutuhan energi, sehinggah  tidak tergantung lagi pada energi yang banyak digunakan saat ini seperti bahan baker LPG dan minyak tanah. Yang terakhir Pangan, persoalanya pada ketersediaan lahan garapan masyarakat sebagai penghasil makanan dan sumber mata pencaharian hidup bagi masyarakat.  Bicara persoalan lingkungan “lokal “ tidak hanya senduro saja, tetapi ada keterkaitan antara wilayah senduro sebagai wilayah yanga ada di lereng semeru, dengan salah satun desa seperti Ranu Pane yang ada di atasnya, Keterkaitan antara wilayah inilah yang perlu dicermati untuk dijadi perhatian bagi masyarkat senduro dan sekitarnya bila tidak ingin terjadi krisis wilayah yang menjadi kekhwatiran mereka sekarang. Potret hutan yang sudah mengalami krisis juga membutuhkan penanganan yang serius, tidak hanya perhutani  sebagai pemangku kepentingan, tapi juga peran serta masyarakat dalam penggelolaan hutan. Penebangan hutan disekitar hutan senduro yang selama ini sering terjadi menyebabkan hilangnya beberapa sumber mata air dan berkurangnya debit air di wilayah itu. Sukaryo selaku pentolan PAS mengatakan dalam kurung lima tahun saja ada sekitar seratus sumber mata air yang mati gara-gara penebangan hutan yang dilakukan oleh perhutani dan masyarakat, awalnya ada sekitar duaratusan sumber mata air, namun hari ini tinggal sekitar seratusan, ujarnya.  Menjelang siang acara ini di tutup dengan doa dan di lanjutkan dengan sesi foto bersama, butuh cara beda seperti mengurai kembali kearifan lokal masyarakat untuk penyelamatan dan keadilan lingkungan!!

 

Tidak ada komentar: